Home » » Kerangka Quantum Teaching Dalam Membudayakan Menulis di Kalangan Guru

Kerangka Quantum Teaching Dalam Membudayakan Menulis di Kalangan Guru

Written By ISPI Banyumas on 05/08/09 | 8/05/2009

Oleh Sismanan, S.Pd
Pengurus ISPI Cabang Banyumas

Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah forum guru ada seorang guru yang meminta saya untuk mengajarinya menulis artikel dan makalah. Kemarin seorang guru yang lain pun datang minta dibimbing membuat skripsi.

Dari peristiwa diatas bisa diambil kesimpulan bahwa profesi guru sangat terkait dengan kegiatan menulis. Tapi ternyata banyak guru yang kemampuan menulisnya masih rendah. Kenapa orang yang seperti saya yang baru belajar menulis dan kemampuan menulisnya masih terbatas, sudah dianggap bisa menulis. Itu karena saya sudah berani menulis maka saya dianggap lebih dari komunitas guru yang ada di kecamatan tempat tinggal saya tersebut, karena guru yang lain banyak yang belum ada keberanian untuk menulis. Maka jika kita ingin membudayakan menulis dikalangan guru adalah sangat penting agar guru memiliki percaya diri dan keberanian untuk menulis.

Kita justru harus memberikan apresiasi positif dan mengacungkan jempol kepada guru yang mau belajar dan bertanya dibanding guru yang lain yang tidak bisa, tapi tidak mau belajar dan bertanya. Banyak guru yang tidak mau belajar menulis dan ketika dituntut untuk bisa menulis maka mereka lebih memilih jalan pintas yang sebenarnya bertentangan dengan nuraninya sebagai seorang guru, seperti membayar seseorang untuk membuatkan tugas makalah, skripsi, penelitian tindakan kelas (PTK) dan karya ilmiah lainnya.

Aktifitas mendidik dan mengajar sebagai kegiatan inti seorang guru sangat berkaitan dengan kegiatan menulis. Yang dimaksud dengan proses menulis diatas sebenarnya meliputi tiga aspek, yaitu menulis (handwriting), mengeja, dan mengarang (Sunardi, 1997:3). Aspek menulis dan mengeja sendiri sebenarnya bagi seorang guru bukan hal yang sulit, kalau hanya sekedar menyalin atau menulis tulisan orang lain setiap guru pasti bisa. Tapi mengarang atau menulis ide-ide sendiri agar dapat dibaca orang lain dan menulis karya ilmiah, maka banyak yang memandangnya sebagai sesuatu yang sulit.

Jika kita ingin membudayakan menulis dikalangan guru maka bukan permasalahan yang mudah tapi bukan pula permasalahan yang tidak bisa diselesaikan. Karena hal tersebut berkaitan dengan pandangan dan kebiasaan hidup atau budaya maka pasti ada tantangan dan memerlukan waktu untuk mengubahnya. Disini diperlukan metode dan strategi yang dapat memotivasi guru untuk mau menulis.

Agar dapat tercapai hal yang demikian maka perlu langkah-langkah khusus. Salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan kerangka dan model Quantum Teaching yaitu TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan). Kerangka TANDUR mengajak mereka agar tertarik dan berminat pada kegiatan menulis. Rasa suka terhadap sesuatu merupakan prasyarat untuk keberhasilan dibidang apapun. Demikian halnya dalam menulis (Mary Leonhardt,1998:19).

Kerangka ini juga akan membawa para guru mengalami proses pembelajaran, mau berlatih dan menjadikan menulis sebagai aktifitas rutin dan nyata serta mencapai kesuksesan dalam menulis.
Kerangka perancangan Quantum Teaching yang disebut TANDUR meliputi hal-hal sebagai berikut:
Tumbuhkan : Ajak mereka, pikat mereka dan pahamkan manfaat menulis
Alami : Berikan peluang kepada mereka agar memiliki pengalaman langsung dalam kegiatan menulis
Namai : Menjadikan pengalaman menulis sebagai sesuatu yang berarti dan memuaskan kehidupannya
Demonstrasikan : Memberi kesempatan untuk saling mengaitkan pengalaman menulisnya dengan pengalaman lainnya sehingga mereka lebih menghayati kegiatan menulis.
Ulangi : Mengulangi dan merekatkan kegiatan menulis satu dengan lainnya dan menjadi kebiasaan hidupnya
Rayakan : Merayakan dan memberi penghargaan setiap keberhasilan dalam menulis

Kerangka pertama : Tumbuhkan
Inilah yang utama dalam upaya mencetak guru yang mau menulis. Seperti halnya makan, walaupun disuguhkan makanan yang enak dan lezat, kalau tidak ada selera, maka ia tidak akan memakannya. Tapi walaupun hanya makanan yang biasa tapi karena seseorang memiliki selera yang tinggi maka pastilah ia akan melahap makanan tersebut dan akan merasakan enaknya makanan tersebut. Begitu pula menulis jika seseorang guru tidak ada minat untuk menulis maka walaupun banyak manfaat dari menulis baginya maka ia tidak akan mau melakukannya. Sebaliknya walau tidak ada penghargaan atau keuntungan yang bersifat materi seorang guru yang telah memiliki minat terhadap dunia menulis, maka ia akan tetap melakukan kegiatan menulis. Jadi dalam kerangka pertama ini kita harus dapat memahamkan guru manfaat menulis, menumbuhkan minat, membuat mereka mau dan percaya diri untuk menulis.

Kerangka kedua : Alami
Setelah guru memiliki minat besar dan percaya diri untuk menulis diperlukan sarana dan media bagi mereka untuk mulai menyalurkan hasrat yang telah dimilikinya. Kita harus dapat menciptakan peluang atau menyediakan sarana yang membuat para guru tanpa ragu-ragu membuat tulisan. Saluran tersebut antara lain berupa pelatihan dan workshop penulisan yang betul-betul memberi kesempatan mereka untuk menulis dengan dipandu oleh penulis yang mereka percaya.
Dalam hal bimbingan ini maka harus diperhatikan bahwa mereka masih membutuhkan dorongan dan masih perlu dipupuk rasa kepercayaan diri bagi mereka untuk menulis. Jadi jangan sampai mereka yang baru mengawali kegiatan menulis menjadi menurun semangatnya karena kritikan yang terlalu tajam.
Kegiatan yang dilakukan semacam lomba penulisan artikel seperti yang dilakukan Agupena pun dapat menjadi salah satu pilihan agar guru memiliki pengalaman menulis.

Kerangka ketiga : Namai
Pengalaman adalah guru yang terbaik dan guru dalam kehidupan. Pengalaman akan menciptakan ikatan emosional dan membuat untuk menjadi sebuah hal yang bermakna (penamaan) yang akan diingat oleh sesorang selama hidupnya. Penamaan akan dapat memuaskan hasrat dan keinginan yang ada pada benak seseorang namun ditengah itu juga akan membuat mereka penasaran, penuh pertanyaan dan ingin terus melanjutkan kepada sesuatu hal tersebut. Pengalaman menulis yang dilakukan guru harus dapat memberikan kepuasan bagi guru tersebut dan menjadikannya terkesan serta menjadikannya semakin berhasrat untuk menulis. Jika sudah puas dan terkesan serta merasakan sendiri manfaat dari menulis, pasti mereka akan melanjutkan terus kegiatan menulis.

Kerangka keempat : Demonstrasikan
Bagaimana mengajak guru agar mau mengaitkan kegiatan menulisnya dengan kegiatan lainnya. Guru harus dapat merasakan hubungan kegiatan menulis dengan profesi dan bidang kehidupan lainnya. Disini dapat diarahkan agar seorang guru menulis sesuatu yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Dengan demikian akan lebih dapat merasakan hubungan menulis dan profesinya selaku guru atau bidang lain yang memang sangat berkaitan dengan kehidupannya. Hal yang lain yang dapat diupayakan adalah dengan menampilkan karyanya dihadapan siswa dan rekan gurunya atau orang-orang yang dikenalnya. Disini diperlukan pula media yang dapat menerbitkan karya seorang guru agar dapat diketahui orang lain.

Kerangka kelima : Ulangi
Pengulangan akan dapat memperkuat koneksi saraf otak terhadap sesuatu hal. Cara terbaik agar guru jatuh kepada kegiatan menulis adalah memperbanyak kesempatan kepada guru agar mau dan terus melanjutkan kegiatan menulis. Semakin sering menulis maka guru akan semakin mahir dan mencintai dunia menulis. Pepatah Jawa mengataka “Witing tresno jalaran soko kulino”. Ketika sudah menjadi kebiasaan untuk menulis, hal yang diperlukan adalah agar guru penulis dapat mengatur atau membagi waktu yang tepat untuk menulis tanpa menelantarkan tugasnya sebagai pendidik dan aktifitas lainnya.

Kerangka keenam : Rayakan
Kita harus menghargai setiap usaha yang dilakukan oleh guru untuk menulis. Jika sesuatu layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan (Prinsip Quantum Teaching). Apa yang dilakukan oleh Agupena Jawa Tengah yang akan memberikan hadiah bagi pemenang lomba penulisan artikel dan memberikan piagam bagi setiap peserta yang mengikuti lomba merupakan contohnya. Bagaimanapun orang ingin dihargai dan kalau mengikuti lomba tentunya ingin mendapat juara. Semakin banyak juara akan semakin memacu untuk berkembang dalam penulisan. Jadi alangkah lebih baiknya jika memperbanyak mungkin juara, misalnya sampai juara harapan 1, 2, 3 atau kategori lainnya.

Penghargaan harus kita berikan kepada guru yang telah mau dan mampu menghasilkan karya tulis. Penghargaan tersebut tidak harus berupa materi. Bahkan penghargaan berupa ucapan atau pujian akan lebih berkesan dan akan mampu membangkitkan semangat seseorang untuk berusaha menjadi lebih baik lagi. Maka jangan ragu untuk memberikan ucapan selamat kepada guru yang telah berhasil membuat sebuah tulisan apalagi mendapatkan juara. Hindari mengkritisi tulisan terutama kepada penulis pemula, kecuali penulis sendiri yang meminta saran dan kritik atau perbaikan dari kita.

Jadi permasalahan utama dalam membudayakan menulis dikalangan guru adalah belum adanya keinginan dan tertarik dengan dunia menulis. Maka kita harus dapat menanamkan pentingnya menulis bagi guru. Dalam quantum teaching, kita biasa mengenal sebagai AMBAK (apa manfaatnya bagiku). Kita harus bisa memahamkan para guru bahwa dengan menulis maka mereka mendapatkan manfaat yang banyak.

Adapun manfaat menulis bagi guru adalah :
1. Dapat menuangkan pikiran, ide dan gagasannya.
Seorang guru pasti memiliki pemikiran, gagasan dan ide baik terkait langsung dengan profesinya ataupun hal yang lebih umum. Dengan menulislah pemikiran dan gagasannya akan dapat diketahui oleh orang lain secara lebih luas. Dengan menuangkan ide dan pemikirannya merupakan cara agar sehat dan terhindar dari stress.

2. Menjadi guru yang profesional dan teladan.
Dengan tulisan yang dibuatnya maka seorang guru akan dikenal sebagai guru yang layak, teladan dan profesional. Dalam lomba guru teladan pun biasanya akan dituntut bagi guru untuk memiliki karya tulis yang memiliki point besar dalam penilaian. Dengan keprofesionalan dan keteladanan yang dimilikinya maka ia akan lebih dihargai sebagai seorang guru baik dilingkungan tempat ia bekerja ataupun dimasyarakat.

3. Akan lebih menguasai materi
Apabila kita mau menulis materi yang akan kita sampaikan, otomatis akan menjadikan kita lebih menguasai materi bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarnya saja. Dengan penguasaan materi yang lebih baik maka kita kan lebih percaya diri untuk tampil dihadapan siswa didiknya.

4. Memiliki kredit point tinggi dalam sertifikasi guru
Dalam sertifikasi guru ada kompetensi yang menuntut seorang guru untuk memiliki karya tulis. Karya tulis tersebut dapat berupa modul, penelitian tindakan kelas (PTK), buku ajar dan karya tulis lainnya. Jika seorang guru mau dan terbiasa menulis maka ketika saatnya untuk sertifikasi jabatannya selaku guru maka sudah tidak perlu lagi mencari atau minta dibuatkan karya tulis dengan membayar kepada orang lain.
5. Tidak ada kendala untuk naik pangkat
Banyak guru yang mengalami kendala untuk naik pangkat dari golongan IVa ke IVb karena untuk kenaikan pangkatnya harus memiliki karya tulis sejumlah 12 point. Sehingga mau jika seorang guru sudah memiliki banyak karya tulis akan memperlancar kenaikan pangkatnya.

6. Mendapatkan honor yang tidak sedikit
Orang yang mau menulis dan bisa diterbitkan oleh sebuah penerbit maka ia akan mendapatkan honor. Bila seorang dapat menulis sebuah buku maka ia akan mendapatkan royalty dari setiap buku yang diterbitkan. Bila seorang guru dapat menulis sebuah buku ajar dapat juga dibeli oleh penerbit atau pemerintah dengan harga yang bisa mencapat ratusan juta rupiah satu buku.

Upaya Membentuk Guru Penulis
Karena permasalah utama ada pada kemauan, maka kita harus benar-benar mampu mengubah pandangan mereka. Tentunya untuk mengubah pandangan bukan perkara mudah, diperlukan strategi agar dapat menyentuh hati guru dan harus disesuaikan pula dengan waktu dan kondisi yang tepat untuk menyampaikan pentingnya menulis dan menggugah guru untuk menulis. Untuk itu diperlukan forum yang memberikan kesempatan agar dapat memotivasi guru untuk mau menulis yang dapat dilakukan melalui seminar, diskusi dan pelatihan.

Forum tersebut dapat pula berupa organisasi profesi guru atau organisasi lain tapi memberi kesempatan untuk guru memberikan pertanyaan secara terbuka termasuk berkonsultasi tentang dunia penulisan. Dalam seminar, diskusi atau pelatihan yang diselenggarakan juga perlu didesain sedemikian rupa agar guru dapat tergugah dan tertarik terhadap kegiatan menulis. Untuk mengetahui manfaat menulis maka dapat pula menghadirkan penulis yang disamping memberikan materi juga bercerita tentang pengalaman dan manfaat menulis yang telah didapatkan.

Dalam upaya untuk menumbuhkan minat dan mengembangkan wawasan maka kita juga harus dapat menumbuhkan semangat belajar dan membaca dikalangan guru. Diantaranya melalui forum diskusi atau bedah buku. Perlu diberi pengertian bahwa guru harus menjadi pribadi yang dinamis dan berkembang. Ia harus terus mau belajar dan belajar. Belajar yang tiada mengenal akhir, menyadari bahwa menuntut ilmu adalah dari buaian sampai liang lahat, menyadari pula bahwa guru bukan pribadi yang sempurna, dan jangan takut untuk mencoba dan kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Kesalahan bukan hal yang memalukan tapi tidak berani mencoba itulah yang menghalangi untuk mencapai keberhasilan.

Belajar, membaca dan menulis merupakan rangkaian yang saling berkaitan dan mendukung. Membaca dan menulis tak pelak lagi, saling berkaitan. Anak-anak yang gemar membaca akan memperoleh rasa kebahasaan tertulis yang kemudian akan mengalir kedalam tulisan mereka (Mary Leonhardt, 1998). Seorang yang memiliki semangat untuk belajar maka akan memiliki minat untuk membaca. Melalui membaca itulah seseorang akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dengan ilmu dan pengetahuan yang ada pada dirinya maka akan dapat menjadi modal dan pendorongnya untuk mau menulis.

Karena tuntutan jaman dan kemajuan teknologi dimana ilmu pengetahuan berfungsi untuk mempermudah kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah mempermudah seseorang untuk menulis. Maka bila kita ingin para guru menjadi penulis maka kita juga harus mengajaknya mengikuti perkembangan yang ada terutama yang akan membantunya untuk menjadi penulis. Penulis sekarang akan ketinggalan dan repot jika hanya bisa menulis dengan tulisan tangan atau mesin ketik. Kemajuan teknologi yang akan mempermudah dalam kegiatan menulis adalah kemampuan ketrampilan komputer dan mengakses internet. Dengan komputer maka mudah menulis dengan bermacam-macam variasi tulisan, mudah menghapus, mengedit dan menyimpan tulisan yang tidak bisa atau sulit bila dilakukan hanya dengan tulisan tangan atau mesin ketik. Dengan bisa mengakses internet maka seseorang akan dengan mudah mendapatkan pengetahuan yang diinginkan dan akan memotivasinya serta menjadi bahan untuk menulis.

Pada kenyataannya masih banyak guru yang tidak bisa mengoperasikan komputer dan mengakses internet. Hal yang demikian tentunya akan menjadi kendala, oleh karenanya salah satu upaya untuk menumbuhkan minat menulis dikalangan guru adalah dengan menghilangkan kendala teknis berupa ketidakmampuan menggunakan komputer dan mengakses internet. Untuk itu terlebih dahulu kita harus mendorong dan melatih guru yang belum bisa menggunakan komputer dan mengakses internet agar mau belajar dan berlatih komputer dan mengakses internet. Kita bisa menyelenggarakan pelatihan komputer dan internet khusus guru. Lebih lanjut kita dapat menyelenggarakan pelatihan membuat blog bagi guru. Blog merupakan salah satu sarana bagi guru untuk melatih dan mengembangkan tulisan.

Motivasi terbesar adalah motivasi yang ada pada diri sendiri yang didasari pada keinginannya untuk melakukan kebaikan yang merupakan jalan ibadah mengharap balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa berupa pahala yang tidak bisa diukur dengan harta dan materi yang bersifat keduniaan.
Kita bisa mencontoh generasi sahabat, tabi’in dan ulama terdahulu yang banyak menghasilkan karya tulis yang luar biasa yang dapat dimanfaatkan hingga sekarang walau fasilitasnya terbatas. Mereka menulis lembar demi lembar hingga menjadi sebuah kitab yang dapat dibaca oleh generasi berikutnya. Mereka melakukannya bukan karena ada royalty atau bonus dari karyanya tersebut tapi karena mereka ingin memberikan ilmu kepada masyarakat atau karena panggilan dakwah untuk mengubah masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik sesuai dengan misi yang diembannya. Hal tersebut juga dilakukan karena didorong adanya pahala bagi orang yang memberikan ilmu yang bermanfaat kepada orang akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya. Jadi salah satu yang bisa menjadi penyemangat bagi seseorang untuk menulis adalah melalui pendekatan keagamaan terutama kepada guru yang juga berperan sebagai juru dakwah kita bisa mengetuk hati mereka bahwa dengan menulis adalah cara untuk mengeluarkan ide dan gagasan kita agar diketahui oleh orang lain. Dengan menulis maka orang lain dapat mengetahui pesan seorang guru atau juru dakwah. Jadi menulis merupakan sarana dakwah yang cukup efektif untuk mengajak orang kejalan kebenaran.

Demikianlah strategi untuk menumbuhkan minat dan kemauan bagi guru untuk menulis dan membudayakan menulis dikalangan guru. Tentunya diperlukan kesabaran dan kerja keras kita bersama yang peduli dengan dunia pendidikan. Yakinlah tidak ada suatu usaha yang sia-sia, Alloh tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Mari kita berjuang terus memajukan dunia pendidikan.

* Ditulis untuk Lomba Penulisan Artikel yang diselenggarakan oleh Agupena Jateng


Share this article :

1 komentar:

Anonim mengatakan...

such a good working...


See More Details



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) - Kontak Person : 0812 2935 3524
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger